Buku Tamu
http://Tkj_Poenyae.cbox.ws
Get this widget

Minggu, 07 Oktober 2012

"Maafkan Aku"


Pengakuan, itulah yang aku cari selama ini. Pengakuan tentang keberadaanku, tentang
keadaanku dan tentang perasaanku. Tak  ada  satupun yang  mempedulikanku. Bahkan
melihatku saja tak pernah. Seberapakah mereka membenciku. Aku akui, aku hanya manusia
biasa yang tak memiliki keistimewaan, tak punya apa-apa dan tak begitu pandai. Aku pernah
menyatakan  dalam hidupku, kepandaian bukanlah segalanya. Percuma kita pandai bila  kita
akhirnya tak bisa melakukan apa-apa.

Pagi ini terasa dingin, hingga terasa menusuk tulangku. Sebuah jaket kuraih dan aku
pakai.

“Hm... baunya tetap sama, tak ada  yang  berubah. Aku jadi  rindu  pada  dia” dalam
batinku.

Aku beruntung dalam hidupku, aku memiliki kekasih yang tulus mencintaiku, dan tak
memandang pada apa yang kumiliki. Dia tinggi, tampan dan pintar, aku bingung kenapa dia
lebih memilih aku dari pada  wanita  lain yang  lebih sempurna  dariku. Dan dia  menjawab
bahwa aku berbeda dari wanita lain, hatiku baik. Aku beruntung dalam hidupku, bahwa dia
selalu menjaga  ku siang dan malam sampai  pada  akhirku.  Aku  sering  berdoa  pada  Tuhan
semoga  aku selalu bersamanya  dalam suka maupun duka  di tiap hariku dan berakhir pada
pelaminan. Aku memang  terhitung  masih kecil  namun pemikiran ku sudah  sejauh itu,
mungkin karena  aku tak  ingin kehilangan dia,  orang  yang menghargaiku sebagai manusia
yang seutuhnya. 

Jam menunjukkan pukul  04.30 wib, aku pun  bergegas pergi ke  kamar  mandi untuk
mandi agar kegiatan ku hari ini  terasa  agak ringan. Setelah mandi aku bergegas memakai
seragam putih abu-abu ku tapi tiba-tiba setetes darah keluar dari hidungku dan mengenai jari
ku.  Seketika  aku berlari  menuju kamar  mandi dan langsung  mengusap semua darah yang
keluar dari hidung ku.

  ya Tuhan kenapa aku??”  batinku.  Tak  lama  kemudian darah pun  berhenti  keluar
dan ku mulai selesai membesihkannya. Aku berharap tak ada yang tau tentang penyakit yang
kualami ini. Setelah itu ku mulai mempersiapkan semua peralatan sekolah yang  akan aku.


bawa. Tak berapa  lama  kepala ku terasa  pusing,  aku hanya  diam saja sambil memejamkan
mata  dan memegangi pelipisku, agar tak ada  orang  yang  tau. Sekarang  waktunya  aku
berangkat sekolah, rasa sakit pun tak ku hiraukan sedikitpun. Disekolah aku bahagia, senang
dan bebas apalagi semua mengakui keberadaanku. Aku memang sedikit agak humoris namun
jika aku bosan aku akan diam dan tak mengeluarkan sepatah kata apapun, namun itu jarang
terjadi padaku.

Pelajaran pertama dimulai, pagi ini  dimulai dengan mata pelajaran KKPI. Aku dan
sahabatku sangat menyukai pelajaran ini. Setiap ada ujian praktek aku dan sahabatku selalu
selesai duluan. Sahabatku bernama (*)Laura. Dia  mempunyai karakter yang  agak keras
namun dia juga lembut dan aku paling suka bahwa dia juga setia kawan. Aku, (*) Laura dan
kekasihku yang bernama Ahmad (:*) bersahabat baik, bila salah satu dari kami yang kesusahan
kami selalu saling membantu.

Sore harinya aku pulang sekolah dengan diantar Ahmad (:*). Kepalaku terasa pusing 

“Aww… kepalaku” teriakku sambil memegangi pelipis

“Kenapa yank kepalanya??” tanya nya.

“umbb ... enggak apa-apa cuma pusing kok yank,” jawabku.

“ ya sudah kita istirahat di masjid dulu ya??” ajaknya.

“iya” jawabku.

Kami  berdua  pun menuju masjid terdekat dari perjalanan kami. Dan setelah sampai
kami pun duduk di serambi masjid.

“yank, kamu kenapa??  Muka kamu pucat loh, trus  badan kamu panas lagi!!”
tanyanya sambil menaruh telapak tangannya di dahiku.

“enggak apa-apa kok yank” jawabku.

“enggak  apa-apa gimana??, kamu itu lagi  sakit, ini  pakai  saja jaketku”  katanya
sambil menyodorkan jaketnya.

“enggak usah, aku enggak kenapa-kenapa” kataku.


“pakai ya …!! Aku ngak mau kamu kenapa-kenapa yank, aku itu cinta banget sama
kamu, aku pengen kamu jadi yang pertama dan terakhir buat aku” katanya sambil menaruh
jaketnya dipunggungku.

“iya” jawabku sambil tersenyum.

Setelah agak lama di masjid itu kami berdua kembali meneruskan perjalanan menuju
rumah ku. Akhirnya kami sampai dan dia kembali pulang.

Dirumah, neraka  dunia yang aku  rasa. Ketidak  adilan selalu menyertai hari-hariku.
Aku selalu di salahkan, padahal aku tidak  melakukan kesalahan. Pernah aku kabur dari
rumah, tapi ketahuan orang rumah dan setelah itu aku dimarahi habis-habisan. Di rumah aku
hanya berdiam diri dan tak pernah komunikasi dengan keluarga. Bagaimana berkomunikasi??
Saat aku tanya  mereka, mereka  tak ada  yang  menjawab dan malah pergi  menjauhiku. Bila
aku sakit tak ada satu dari mereka yang khawatir padaku.

Hari berikutnya, sore ini aku di antar pulang Ahmad (:*). Kepalaku terasa pusing dan
kami berhenti di salah satu musholla.

“yank, kamu minum obat ya biar cepat sembuh” bujuknya.

“enggak, aku enggak mau minum obat. Percuma aku sembuh kalo enggak ada yang
peduli sama aku, keluargaku enggak ada yang peduli ama aku sampek aku sakit begini tetap
ngak ada yang peduli” kataku.

“yank, please. Aku ingin  kamu sembuh, aku pengen menuhin janji aku  buat nikah
sama kamu, aku ingin setia sama kamu, enggak bakal ada yang bisa gantiin kamu di hatiku”
katanya sambil menitikkan airmata.

“kenapa setia sama aku?? Kan masi banyak cewek yang lebih sempurna dari aku.”
tanyaku sambil mengusap air mata di pipinya.

“karena  kamu berbeda yank, kamu enggak  kayak  cewek  lainnya”  Jawabnya. Aku
hanya tersenyum dan seketika badanku lemas dan aku jatuh di pelukkannya.

“kamu enggak apa-apa” tanyanya. Aku hanya mengangukkan kepala.

Setiap harinya  keadaanku bertambah  memburuk. Aku tau, aku terkena  penyakit
anemia  akut namun yang  kuberitahu  hanya  Ahmad (:*)  seorang  saja. Dia  berusaha
menyembuhkanku namun aku sering menolak, alasanku karena aku tak ingin merepotkan dia.
Aku sadar penyakitku dapat menghilangkan  nyawa  ku,  tapi aku  besikukuh tak memberi
tahukan kepada siapapun. Lima hari terakhir, aku sengaja agak manjauh dari Ahmad (:*) agar
dia tidak  merasa  kehilangan ketika  aku pergi jauh dan tak kembali nantinya. Aku sengaja
membuatnya jengkel padaku dan menjauh dariku dan itu sedikit berhasil.

Hari ketiga setelah aku menjauhinya, badanku terasa lemas, wajahku pucat dan detak
jantungku semakin cepat. Aku hanya  biasa  berbaring  diatas ranjang. Keluargaku hanya
menganggap aku sakit  biasa. Dan saat memanggil  dokter  mereka  baru sadar bahwa  aku
terkena penyakit Anemia akut. Mereka menangis dan khawatir dengan keadaanku, itu adalah
hal yang  paling  indah  yang pernah kurasa. Mereka  menghubungi Ahmad (:*)  agar  dia
menengokku. Hari ini  dia sibuk  dengan tugas  kuliahnya  dan dia berjanji  besok akan
kerumahku.

Hari keempat setelah aku menjauhinya, keadaan semakin buruk  aku tak bisa
mengeluarkan kata-kata sedikitpun. Saat Ahmad (:*) datang dia kaget dengan keadaanku. Dia
berlari menuju kearahku dengan air mata berlinang dan suara isak yang tidak terbendung dan
aku hanya bisa tersenyum.

“Yank, maafkan aku tidak bisa memenuhi janji setiaku sama kamu dan dengan akhir
menikah sama kamu. Hmhm…. Mungkin bila memang kita jodoh suatu saat nanti kita akan
bertemu di surga” batinku dan aku menitikkan air mata.

Ahmad (:*) pun memegang tanganku dan menangis dihadapanku. Aku menggelengkan kepala.
Dan dia pun berkata :

“Yank, kenapa kamu  begini, aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu jangan
tinggalin aku ya??. Inget janjimu, yang kamu ingin setia sama aku dan nikah sama aku. Tapi
kenapa kamu gini. Please  ya jangan tinggalin aku. Aku ngak  bisa hidup sendirian  tanpa
kamu. Huhuhuhuhu :’( :’( “.

Seketika darah dari hidungku keluar dan Ahmad (:*) pun mengusapnya. 

Hari  kelima adalah  hari  yang aku anggap  hari terakhir dalam hidupku, aku mampu
tersenyum di hari terakhiku karena  dia. Sahabatku (*) Laura  dan Ahmad (:*)  berada  di
rumahku. Mereka  berdua  membawakan  aku  bubur, mereka  berharap  aku memakan  bubur
yang mereka bawakan. Namun aku tidak bisa membuka mulutku. Aku hanya mengelengkan
kepala dan tersenyum. Badan ku semakin lemas dan inilah akhir dari hidupku.

“Terima  kasih Ahmad (:*)  kamu yang selama  ini  jaga aku  dengan tulus, makasih (*)
Laura selama ini kamu yang sudah mau menemani hari-hariku, maaf aku enggak bisa balas
kebaikan kalian karena kita harus bepisah sampai disini”.



 (:*) pacarku tercinta
  (*) sahabat terbaikku

 Nb : kisah ini nyata aku alami sebelum aku pergi meninggalkan orang yang amat serta
sangat aku  cinta  nan  sayang  dalam  hidupku  sampai  rasa cinta dan  sayang  ini  sejajar
seperti halnya kepada orang tuaku.

                                                                  The End


readmore »»